Tulisan saya kali ini..berawal dari status teman yg berbagi ke kronologi saya bunyinya " aku belajar "Setia"... Sebuah kata yg menarik untuk dibahas... SETIA.
Cinta menuntut akan sebuah kesetiaan, tetapi kesetiaan tidak bisa di buktikan hanya dengan sebuah ucapan, tetapi kesetiaan dapat dibuktikan dengan sikap, pengorbanan dan ketulusan.
Kesetiaan adalah salah satu kualitas hidup yang paling mahal, itu adalah bagian yang paling tulus dari cinta. Untuk menjadi setia, kita tidak dapat hidup hanya untuk diri kita sendiri bahkan orang yang setia tidak hanya berpegang pada komitmen mereka saja, mereka bersedia untuk menderita untuk orang lain.
Di dalam membina rumah tangga pun, awalnya mungkin saling cinta lalu tumbuh rasa saling percaya kemudian setelah berjalan beberapa tahun, rasa cinta telah tergeser menjadi kata setia.
Hubungan suami isteri belakangan ini sering retak karena seorang suami sudah tak setia terhadap pasangannya, demikian sebaliknya seorang isteri sudah tak setia terhadap suaminya.
Mencintai kesetiaan adalah kunci keutuhan sebuah rumah tangga. Kesetiaan dalam berbagai hal juga akan membuat hidup kita lebih enak.
Berikut adalah sepenggal cerita tentang arti sebuah Pengkhianatan serta arti sebuah kesetiaan yang mungkin menjadi sebuah motivasi kita untuk menjalani kehidupan ini.
Harga dari sebuah Pengkhianatan.
Sekitar pukul 16.00,saya beranjak dari kantor dan langsung tancap gas berharap dapat segera tiba di rumah. Kendaraan saya lansung saya tancap gas setelah keluar kawasan kantor Bupati dimana itu lokasi kantor saya bekerja dan berharap segera menikmati kasur empuk dan tertidur dengan pulas setelah seharian beraktivitas tanpa istirahat.
Tiba-tiba di tengah perjalanan terdengar panggilan naluriah manusia. Ternyata telah terjadi pertikaian dalam diriku, bunyi perut saya yang ramai sekali bunyinya laksana seperti pasar pagi lalu kemudian dengan mengambil keputusan singkat akhirnya saya mampir terlebih dahulu di sebuah warung nasi goreng tempat favorit saya.
Tiba di tempat tujuan langsung saya menyapa mang Dudung yang sudah sangat faham dengan menu kesukaanku lalu tanpa banyak basa basi, mang Dudung pun langsung in Action untuk memasak makanan sesuai dengan racikan yang saya gemari.
Setelah saya mengambil meja kosong eh ternyata di dalam warung baru saya sadari bahwa ternyata tidak sendiri, karena di sebuah meja pojok duduk sekitar 4 orang lelaki bertubuh seperti Ade rai sang binaragawan tersohor dan mereka duduk bersama seorang Bapak paruh baya yang mereka panggil Bang Ben.
Dan yang membuat saya terkaget lagi ternyata bersama mereka juga ada seorang anak kecil, seorang anak laki-laki yang saya perkirakan usianya baru sekitar 2 sampai 3 tahun dan mata dari anak tersebut begitu sendu dan sepertinya sudah sangat mengantuk dengan raut muka yg sedih.
Dan yang anehnya, para lelaki kekar itu dan orang yang dipanggil Bang Ben yang bersama mereka seolah tak ambil pusing dengan keadaan si bocah kecil tersebut.
Saya tiba-tiba terpaku menatap mata sang bocah tersebut dan sesekali ia pun menatap ku dengan pandangan yang begitu mengasihani....anak itu seumuran anak bungsu ku...
Penasaran, sambil menunggu mang Dudung menyelesaiakan menu makan favorit saya, maka sayapun berusaha mencuri dengar pembicaraan mereka sambil memberikan raut muka bloon.
Dari pembicaraan mereka yang memang disampaikan dengan suara keras, maka saya mulai sedikit memahami arah pembicaraan mereka tersebut.
Ternyata para lelaki kekar itu adalah anak buah bang Ben dan si bocah cilik itu adalah anak dari bang Ben. Dan saat itu mereka sedang membicarakan tentang istri bang Ben yang saat itu mereka ketahui sedang “berselingkuh” dengan lelaki lain di suatu tempat.
Mereka sedang bermusyawarah, apakah segera menggerbek tempat mereka bermaksiat, atau kah malaporkan ke Polisi dan bersama Kepolisian menggerebek istri bang Ben yang berkhianat itu.
Dan tentu saja, nasib lelaki selingkuhan istri bang Ben sebentar lagi ditentukan oleh empat lelaki kekar ini serta keputusan si bang Ben.
Dalam beberapa kalimat yang dilontarkan bang Ben, tergambar dengan jelas kemarahan yang sangat mendalam pada sang Istri, bahkan ia tak peduli jika istrinya itu harus mendekam di penjara untuk selama-lamanya.
Hanya saja yang ia belum mengerti adalah akan dia kemanakan bocah cilik mereka yang belum tahu apa-apa itu dan terlihat dari diskusi mereka itu sendiri sepertinya bang Ben tidak ambil pusing dengan anaknya itu. Bahkan beberapa kali sambil berbicara dia menunjuk-nunjuk bocah ciliknya dengan kesan yang kasar. Seolah tersimpan penyesalan atas kelahirannya. Dan tentu saja, si bocah cilik itu tetap tak mengerti apa-apa.
Lalu tiba-tiba perasaan sayapun sukar untuk dilukiskan oleh kata-kata karena ternyata betapa mahal harga sebuah pengkhianatan.
Si bocah cilik yang tak tahu apa-apa harus menjadi korban amarah orang tua mereka yang bodoh itu dan belum lagi secara physikis kedepannya pasti kehidupan sang bocah tersebut akanlah total berubah, dan menurut saya perubahannya bukan semakin baik.
Ternyata bila kita membaca tulisan ini tentu berbeda rasanya dengan menyaksikan sendiri kejadiannya dimana kita bisa menyaksikan wajah bocah cilik itu sehingga akhirnya membuat tahapan dari hidup yang saya jalani setelahnya menjadi kurang nyaman.
Bayangan sang bocah cilik itu terus hadir bersama wajah yang begitu tulus, dengan raut yang minta dikasihani dan bayang-bayang tersebut selalu muncul disaat saya menjelang tidur, dikala bangun, dan saat melintasi warung mang Dudung dan ingin saya menitikkan air mata atas apa yang harus dialami sang bocah cilik tersebut sekalipun saya sadari bahwa tetesan air mata saya tak akan banyak artinya.
Terkadang saya merasa heran mengapa anak sekecil itu harus selalu menjadi korban dari kesalahan kedua orang tuanya yang tak pernah dewasa dalam mengarungi perkawinan mereka.
Memang mencari alasan dari sebuah pengkhianatan mereka mungkin banyak jawabannya akan tetapi menemukan logika untuk mengorbankan seorang buah hati yang belum mengerti apa-apa sungguh tak ada penjelasannya alias diluar akal sehat manusia.
Akhirnya saya berfikir bahwa mungkin itulah harga termahal dari sebuah Pengkhianatan yaitu berharga sepotong jiwa manusia, Jiwa polos yang tak bedosa serta entah bagaimana kedua orangtuanya kelak mempertanggung jawabkan harga dari pengkhianatan itu.
Dan kalaupun si anak dapat terus tumbuh dewasa, entah akan jadi apa anak ini kelak dengan nasib tragis (dan bodoh) yang menimpa orang tuanya dimana saya hanya bisa heran, mengapa manusia begitu gemar melukai masa depan darah daging mereka, buah cinta mereka.
Harga yang terlalu mahal untuk sebuah pengkhianatan…
Di jaman yang modern ini terkadang sering kita melihat masih banyak orang yang kurang memahami akan apakah arti sebuah kesetiaan dalam sebuah hubungan, bahkan yang lucunya terkadang tercetus suatu pertanyaan “Mengapa kita perlu setia”, sedangkan belum tentu kekasih kita itu menjadi pasangan hidup kita atau bagi yang sudah menikah akan berfikir “belum tentu pasangan kita setia”?
Masih relevankah kesetiaan dalam suatu perkawinan? Dasar utama dari setiap perkawinan adalah saling setia dan aspek kesetiaan ini pada dasarnya harus dipandang sebagai nilai yang harus senantiasa dijunjung dalam setiap perkawinan terlepas dari setiap kekurangan yang dimiliki pasangan kita.
Akan tetapi kesetiaan itu sendiri tidak pernah terjadi begitu saja. Jika kita berpaling melihat lingkungan di sekitar kita, akan dijumpai di sana bahwa ternyata tidak sedikit pasutri yang mengalami ketidaksetiaan dalam relasi mereka satu sama lain. Ada yang dapat menyelesaikan persoalan relasi perkawinannya dan kembali membangun kesetiaan terhadap satu sama lain, tetapi ada juga yang pada akhirnya terpaksa harus mengakhiri hubungan mereka dengan suatu perceraian.
Dan itu disebabkan persoalan akan kecurangan yang sering berlaku dimasa kini, sehingga banyak orang di muka bumi ini dilanda suatu kekecewaan dan yang menyedihkan bahkan sanggup mengambil jalan pintas bunuh diri apabila ditinggalkan pasangannya.
Kesetiaan dalam suatu hubungan adalah sangat penting dan sangat fundamental sifatnya, ini adalah karena kita telah mengambil amanat dan tanggung jawab daripada pasangan kita itu untuk menjadikan dirinya hanya satu dihati kita sewaktu kita mengambilnya sebagai kekasih dan alangkah sedihnya apabila tanggung jawab atau amanat yang seharusnya kita jaga itu, tidak kita jalankan dan bukankah itu sama saja dengan suatu penipuan?.
Janganlah menaburkan janji jika kita tidak mampu untuk tepati dan jangan mengata cinta kalau kita tidak mampu untuk memberikannya sepenuh hati tanpa mengharapkan balasan dari pasangan kita.
Ingatlah bahwa pada dasarnya hidup kita seperti roda, tidak semestinya kita sentiasa berada di atas dan jika kita permainkan hati pasangan kita, suatu masa kita juga akan dipermainkan dan biasanya pada waktu itu, penyesalan tiada gunanya, setiap apa yg kita lakukan pasti ada balasanya, hanya masa yang dapat menentukan seperti hukum Tabur dan Tuai.
Untuk para pasangan yang menjaga kesetiaan terhadap pasangan, anda adalah yang terbaik dan oleh sebab itu jadilah pasangan yang boleh saling membahagiakan pasangan kita tanpa rasa jemu karena jika Kita dicurangi, janganlah bersedih ataupun berdendam, tetaplah menjadi yang terbaik karena Kita telah melakukan yang terbaik untuk pasangan Kita dengan cara menjaga keperibadian diri dengan sebaiknya sedangkan pasangan Kita yang mencurangi itu tidak pandai menjaga harga diri mereka.
Lelaki atau wanita yang baik hanya untuk lelaki atau wanita yang baik dan manakala lelaki atau wanita yang tidak baik hanya untuk lelaki yang tidak baik, dan jangan lupa bahwa pilihan selalu di tangan Kita.
Apakah orang-orang terdekat kita tahu kesetiaan kita yang terutama itu untuk pasangan Kita dan oleh karena itu, hari ini mungkin Kita memiliki persoalan atau beban yang sangat berat. Serahkan saja kepada Tuhan dan tetap setia dalam mengikut Tuhan. Hal apapun yang Tuhan percayakan kepada kita saat ini, kerjakanlah dengan segenap hati seakan-seakan semuanya kita kerjakan untuk Tuhan. Mungkin pekerjaan itu hal kecil dan tidak berarti di mata manusia namun justru kesetiaan pada hal kecil itulah yang Tuhan lihat.
Sebuah kesetian menuntut suatu komitmen bagi pasangan masing-masing baik suami maupun istri, dan sering sebuah para pasangan tersebut tersandung oleh dosa dalam pernihakan mereka, dan biasanya jenis dosa yang kerap mengganggu dalam suatu pernikahan terhadap pasangan kita baik suami maupun istri adalah;
Bagi Suami :
Suami tidak bisa menjalankan fungsi menjadi pemimpin yang mengakibatkan saling melukai.Suami gagal menjadikan pasangan hidupnya yaitu sang Istri menjadi nomer satu dalam hidupnya.Suami membandingkan pasangan hidupnya yaitu sang Istri dengan wanita lain.Suami kurang disiplin mengontrol emosi dan kebiasaan buruk yang ada.Suami gagal memuji hal-hal kecil dari Istri.Suami sering menolak setiap pendapat atau masukan Istri.Suami tidak pernah meminta maaf kepada istrinya apabila telah melakukan suatu kesalahan.
Bagi Istri :
Istri tdk menghargai Suami sebagai otoritas.Istri gagal menundukan diri kepada Suami.Istri gagal menampilkan kecakapan manusia batiniah.Istri gagal menunjukan rasa syukur kepada Suami.
Sedangkan dari sisi kebutuhan bagi seorang Suami biasanya :
Sexual.Istri sebagai sahabat.Istri yang menarik dan enak dilihat secara fisik.
Dan kebutuhan dari seorang Istri :
Sebuah Kasih dan penghargaan.Suka di ajak bicara.Jujur dan terbuka dalam setiap aspek kehidupannya.Financial yang mencukupi.Komitmen terhadap keluarganya.
Biasanya seorang Kepala keluarga yang berhasil dalam keluarga maka keberhasilan yang lain akan mengikuti, sebuah Kepala keluarga yang gagal dalam keluarga maka kegagalan lain akan mengikuti dan jangan lupa kebahagiaan dari suatu perkawinan membutuhkan perjuangan yang tidak kenal lelah, dan membutuhkan kehadiran dan pertolongan Allah dan berbahagialah mereka yang benar-benar menikmati hidup rumah tangga yg rukun dan damai, meskipun itu harus diperoleh dgn cucuran air mata karena bahwasannya,
Belaian tangan suami adalah emas bagi istri.
Senyum manis sang istri adalah permata bagi suami.
Kesetiaan suami adalah mahkota bagi istri.
Keceriaan istri adalah sabuk di pinggang suami.
Dan sebagai penutup, biarlah sekiranya puisi singkat berjudul “Kesetiaan” ini akan memberikan suatu inspirasi bagi kita sebelum kita mengambil suatu langkah pengkhianatan terhadap pasangan kita.
Kesetiaan,
Pastinya Berat rasanya menghadapi perasaan yang merasa terkhianati..
Mungkin karena sebelumnya sebuah harapan akan kesetiaan begitu besar.
Laki-laki atau perempuan, sama saja…tidak akan ada yang mau dikhianati oleh siapapun, terutama oleh pasangannya.
Kesetiaan sangat diharapkan dan pengkhianatan sangat ditolak.
Namun cerita tentang pelanggaran akan kesetiaan sangat sering terjadi.
Apa apa dengan kesetiaan?
Apakah begitu sulitnya menjaga kesetiaan?
Apakah kesetiaan tidak menjadi sesuatu yang patut dipertahankan?
Begitu banyak bumbu dalam cerita pelanggaran kesetiaan..
Bisa, karena pekerjaan..
karena kebosanan..
karena materi..uang..kekayaan..
karena rasa yang menggoda untuk melakukannya..
karena orang tua..juga bisa..
karena pasangan tidak subur..
karena pasangan tidak mengharapkan anak..
karena agama atau suatu kepercayaan..
karena pihak ketiga yang lebih cantik atau lebih ganteng dengan kata lain lebih segala-galanya..
karena tidak tahan lagi dengan kekerasan yang didapat dari pasangan bisa berupa fisik maupun physikis..
karena..
karena..
Semua ‘karena’ itu lah yang mampu memunculkan pelanggaran terhadap sebuah kesetiaan.
Membaca kata “Pelanggaran”, mungkin terasa tidak pantas untuk ‘karena tidak tahan lagi dengan kekerasan yang didapat dari pasangan..’
Namun, tetap menjadi pertanyaan adalah, ada apa dengan kesetiaan?
Apakah begitu sulitnya menjaga kesetiaan?
Apakah kesetiaan tidak menjadi sesuatu yang patut dipertahankan
“Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan.
"Tuhan Memberkati"